Afdal Zikri Menjadi Wisudawan S1 Terbaik Universitas
Afdal Zikri Menjadi Wisudawan S1 Terbaik Universitas
Afdal Zikri berasal dari Kab. Lima Puluh Koto, Sumatera Barat dia masuk pada Tahun 2015 melalui SPMB Jalur SPAN-PTKIN dan bisa menyelesaikan studinya dalam kurun 8 Semester atau bisa dibilang tepat waktu. Pada Wisuda ke-112 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digelar 29 dan 30 Juni 2019 di Gedung Auditorium Harun Nasution Kampus 1 Afdal menjadi Wisudawan Terbaik Universitas dengan raihan IPK 3.96 (Kumlaude) untuk jenjang Strata Satu (S1). Sedangkan lulusan terbaik (jenjang S1) dari fakultas lainnya pada wisuda hari ke-1, yaitu: Hania Rahmah (FITK) dengan IPK 3.86, Neng Aprilianti (FAH) dengan IPK 3.70, Syamsuri (FU) IPK 3.93, Umi Kalsum (FIKes) dengan IPK 3.72, Viska Yuzella (FK) dengan IPK 3.01. Lanjut wisuda pada hari ke-2 yaitu: Ahmad Zulfi Aufar (FSH) dengan IPK 3.87, Syifa Akmalia Kholilurohmah (FIDIKOM) IPK 3.79, kemudian Sahida Sakur Saraswati (FPsi) dengan IPK 3.61. Baca juga: Afdal Zikri memang mendapatkan Beasiswa Bidik Misi, tetapi itu tidaklah mencukupi keperluannya sehari-hari, dan untuk memenuhi kekurangannya dia menjadi marbot masjid, dan juga pernah jadi tukang Ojek Online. Afdal bersedia menceritakan perjalanan kuliahnya untuk memberikan motivasi kepada adik-adik kelasnya, berikut kisahnya: “Saya masuk UIN Syarif Hidayatullah melalui jalur SPAN-PTKIN dengan memilih jurusan Dirasat Islamiyah sebagai pilihan pertama saya karena saya memang cenderung dan suka untuk belajar agama dengan tujuan bisa mengabdi di masyarakat di kampong setelah selesai kuliah. Dan Alhamdulillah saya lulus di jurusan tersebut yang kuotanya hanya 5 orang melalui jalur SPAN-PTKIN diseluruh Indonesia.” “Pada awal kuliah, tepatnya ketika masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OPAK), saya terkejut mendengar bahwa semua pelajaran kuliah dan proses belajar mengajarnya harus menggunakan bahasa arab. Dengan arti kata bahwa tugas makalah, presentasi, UTS, UAS semuanya pakai bahasa Arab. Sebabnya karena pada awal saya mendaftar di jurusan tersebut saya tidak tahu kalau disana memakai bahasa Arab.” “Selama semester pertama, saya begitu stress dan pusing karena susah memahami apa yang dijelaskan presentator dan dosen dengan bahasa Arab. Hampir 95% mahasiswanya tamatan pesantren yang mereka bisa berhasa Arab. Maka setiap kali dapat giliran presentasi, saya selalu memohon ke dosen agar saya memaparkan makalah dengan bahasa Indonesia saja dan Alhamdulillah beberapa dosen mengizinkan dengan berat hati karena faktor saya tidak bisa bahasa Arab. Bahkan ada dosen yang berkata “kalo kamu gak bisa bahasa Arab ya salah kamu sendiri ngapain masuk jurusan ini”. Itulah pernyataan yang membuat terpacu untuk terus belajar dan belajar.” “Pengalaman menarik lainnya adalah ketika menjalani UTS dan UAS, saya selalu mencoba menghafal materi dengan bahasa Arab tersebut seperti menghafal Al-Qur’an. Kemudian setelah beberapa semester berjalan, Alhamdulillah saya berhasil meningkatkan kemampuan bahasa arab dan bisa memperoleh nilai yang tinggi tiap semesternya.” “Dan pesan buat adik-adik adalah: Pertama kita sebagai mahasiswa harus menyadari tugas dan kewajiban kita, akademik merupakan pokok kita dan non akademik juga harus diraih secara seimbang. Kedua, kalau antum ingin sukses di FDI, maka harus kalian targetkan dengan baik kapan harus tamat, sehingga motivasi itu yang membuat kita rajin dan serius untuk belajar. Ketiga, untuk meraih hasil yang memuaskan, maka hilangkan cara belajar SKS, usahakan belajar secara rutin dan istiqomah meski sekalipun tidak ada tugas maupun ujian. Selanjutnya harus banyak mendekatkan diri ke Allah SWT, minta nasehat orang tua, guru-guru dihargai dan dihormati, karena itulah yang akan menjadikan adik-adik semua berhasil.” “Meskipun awal kuliah saya begitu sangat susah untuk memahami pelajaran karena terbata kemampuan bahasa, akan tetapi dengan tekad dan usaha yang kuat kemudian banyak do’a dan minta restu orang tua. Alhamdulillah dengan kesungguhan itu jugalah pada akhirnya saya menyelesaikan studi dan dari sebanyak 900an wisudawan ke-112, saya menjadi lulusan terbaik pertama dengan kesungguhan dan keseriusan yang tinggi.” “Karena Ayah dan Ibu saya bekerja sebagai petani yang setiap hari pergi ke sawah. Bahkah selama saya kuliah, Ayah saya sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja, karena faktor fisik dan umurnya yang sudah tua renta. Ibu hampir berumur 60 tahun dan Bapak bermumur 81 tahun. Jadi hanya ibulah yang berusaha dan bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dengan demikian saya kuliah berusaha sekuat mungkin agar tidak meminta uang kuliah, dan uang biaya hidup kepada kedua orang tua saya dengan menjadi marbot masjid dan guru ngaji, dan pernah juga menjadi ojek online.” Semoga ini menjadi pelajaran dan motivasi untuk seluruh mahasiswa, bahwa kesungguhan maka akan membuahkan hasil yang baik. Dan untuk seluruh Wisudawan ke-112, semoga ilmunya bermanfa’at. (Afdal Zikri & as).