PBAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memasuki hari ketiga pada tingkat universitas sedangkan pada tingkat fakultas baru memasuki hari kedua, kemarin Jum’at (11/9/2020). Sebagaimana tema yang diusung oleh pihak kampus “Islami Moderat dan Inovatif”, maka kata Moderat menjadi topik hangat pada PBAK Fakultas Dirasat Islamiyah hari ke-2 tersebut dengan judul “Moderasi Beragama dan Manhaj Wasathiyah”.
Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Muchlis Hanafi, M.A. yang saat ini menjabat sebagai kepala Lajnah Al-Qur’an di Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
Pada pembukaanya beliau menyampaikan bahwa “Moderasi Beragama adalah sebuah strategi dalam merawat kebudayaan yang sangat beragam juga multikultural, dimana persoalan ini bukan hanya dialami oleh Indonesia tapi internasional secara umum”.
Selanjutnya, beliau memaparkan betapa pentingnya moderasi beragama. Sebagaimana dikutip dari Abu Dhabi Declaration pada tanggal 4 Februari 2019, “Musuh bersama saat ini adalah ekstrimisme akut, hasrat saling memusnahkan, perang, intoleransi serta rasa benci antara sesama umat manusia, yang semuanya mengatasnamakan agama”. Maka dari itu, menjadi sangat fundamental bagi umat manusia untuk menanamkan sikap moderat dikehidupan sosial dan agama, karena moderat adalah sikap sederhana atau tidak berlebihan.
Dalam Bahasa arab moderat disebut tawasuth, yang artinya sebuah metode berpikir atau berperilaku seimbang dalam melihat berbagai persoalan. Sedangkan dalam Al-Qur’an, kata ini disebut sebanyak lima kali dan memiliki makna positif seperti adil, baik, tengah dan seimbang.
Beliau juga menjelaskan beberapa poin tentang ciri-ciri moderat khususnya ciri sikap moderat dalam memahami teks (Al-Qur’an dan Hadits) yang terlampir dalam bentuk slide power point.
Selain itu beliau juga menjelaskan tentang ciri ekstremisme “ Fanatik dalam beragama itu boleh, justru harus. Jangan setengah-setengah dalam beragama. Tapi fanatisme dengan menganggap diri paling benar, inilah yang cenderung mempersulit”,tuturnya.
Di akhir pembicaraan, pria yang banyak berkontribusi bagi Indonesia, seperti menjadi penerjemah presiden sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan beberapa pesan terkait strategi moderasi beragama, yaitu membangun kesadaran bersama akan pentingnya moderasi beragama. Dan bagi generasi muda sekarang, salahsatu kontribusi dalam moderasi beragama yang dapat memajukan umat adalah seperti memproduksi konten-konten dengan memanfaatkan media social, dibalut pesan-pesan damai yang rahmatan lil ‘alamin. (Tim Jurnalis FDI: Eva M. dan Syahri E).