Firda Windi, mahasiswi semester tiga Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengukir sebuah prestasi membanggakan dengan menerbitkan dua buah novel berjudul “Sajadah Rindu” dan “Berbisik dalam Sujud” pada Maret 2020.
Tak ada usaha yang menghianati hasil. Kata-kata itu sangat cocok disandingkan dengan perjalanan panjang yang ia lalui sampai sekarang ini. Perempuan yang akrab disapa Windi ini gemar membaca cerita dongeng sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.
Barulah naik kelas tiga ia mulai menulis cerita dan berlanjut sampai ke tingkat Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah. Kepiawaian dan kemahirannya dalam menulis membuat para guru mempercayakan Windi membuat teks drama dan memegang madding sekolah untuk dikelola.
“Kalau aku gak ada, yang jadi bukti aku ada itu apa?”, ucap Windi saat membicarakan salah satu motivasinya untuk terus menulis. Perempuan berdarah Minang itu menambahkan bahwa dalam menulis terdapat kepuasan tersendiri karena hal tersebut seperti memperkerjakan hobinya.
Windi pun berbagi pengalaman bagimana cara ia selalu poduktif dalam menulis dengan “sering-sering bermasalah.” Ia menjelaskan, dengan berbagai masalah yang ada dapat memunculkan ide-ide cerita dan menambah kosa kata baru. “Sediakan satu buah buku, pulpen atau note HP. Tulis apapun yang terasa atau terkendala dalam hidup, yang penting ditulis” ungkapnya.
Ia juga menjuarai banyak lomba kepenulisan seperti lomba puisi internasional, puisi nasional, dan penulis puisi terbaik bahasa daerah tingkat nasional. Perjuangannya dalam menulis hingga mengantarkan dirinya ke penerbit bukanlah hal mudah. Salah satu gurunya memberikan nasihat supaya mencari penerbit yang tidak mengambil hak cipta penulis karena kelakuan tersebut tentu saja merugikan diri si penulis.
Selain dua novel yang ia terbitkan, Windi memiliki banyak karya lain seperti antologi puisi, cerpen, dan kisah inspiratif yang semuanya telah dibukukan. Semangat menulisnya terus tercurah lewat beberapa judul novel yang sedang ia garap, diantaranya Kekuatan Hati, Gerhana di Pesantren, dan Wanita Dhuha.
“Siapapun kamu, darimanapun kamu, mulailah dari sekarang. Jangan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Jangan insecure terhadap orang lain. Kita punya bidang masing-masing. Jika belum ketemu maka mulailah mencari letak kemampuan kita. Jangan pernah berpikir tulisan bagus atau tidak, yang penting kita menulis”, tuturnya kepada siapapun yang masih menahan diri untuk mulai menulis. (Tim Jurnalis FDI: Syahri Elistiani & Ilmi Rosyada).