Predikat wisudawan terbaik menjadi penutup manis jerih payah Muhammad Difa El Haq dalam menyelesaikan studi S1 Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah. Penghargaan ini ia dapatkan pada acara Pembekalan Wisudawan Program Studi Dirasat Islamiyah (S1) Fakultas Dirasat Islamiyah ke-61/118 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diadakan pada hari Kamis, 12 November 2020.

Mahasiwa asal Bintaro dan mondok di Darussunnah itu lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 4.00 dengan lama studi 9 semester, yang mengantarkannya meraih predikat wisudawan terbaik fakultas. Bahkan, ia juga dinobatkan sebagai wisudawan terbaik universitas pada acara Wisuda Online ke-118 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Sabtu, 14 November 2020

Difa, begitu ia akrab disapa, mengangkat skripsinya dengan judul “HUKMU BAI’I AL-ISMI AL-TIJÂRY FÎ AL-SYARÎ’AH AL-ISLÂMIYYAH (DIRÂSAH FIQHIYYAH TATBÎQIYYAH FÎ AL-ISMI AL-TIJÂRY SARIWANGI FÎ SYARIKATI UNILEVER INDONESIA)” yang membahas tentang hukum jual beli merek dagang dalam konsep syariah Islam. Skripsinya ini dilatarbelakangi oleh bangkrutnya pabrik Sariwangi, akan tetapi produknya masih bisa dinikmati hari ini. Hal ini terjadi dikarenakan Unilever telah membeli merek dagang sariwangi. Melalui judul inilah, skripsinya juga dinobatkan sebagai skripsi terbaik pada acara Pembekalan Wisudawan tersebut.

Di balik skripsi terbaiknya, ia mengaku memiliki berbagai kendala. Skripsinya sempat terhenti karena datangnya Pandemi Covid-19. Ia juga lebih banyak merujuk pada kitab bentuk digital dibanding kitab asli, padahal ia lebih suka merujuk ke kitab asli. Selain itu, ia mengatakan bahwa ia merasa sukar untuk mencari referensi dan keterbatasan akses dalam mencari referensi yang ada.

Difa menuturkan sangat bersyukur atas pencapaian ini. “Ini semua tak lepas dari dukungan orang tua dan keluarga, guru, teman, dan orang-orang di sekeliling Saya untuk tetap memberikan motivasi dan dukungannya yang sangat berharga kepada Saya. Dan tidak terlepas dari arahan Dosen Pembimbing Skripsi, yaitu Ibu Aida Humaira, M.A., beliau sangat mendukung dan berperan besar dalam pembuatan skripsi Saya”, tuturnya.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Difa berprestasi, selama kuliah pun ia dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi baik dari segi akademik maupun non-akademik. Selama kuliah, ia selalu mendapatkan Indeks Prestasi 4.00 setiap semesternya. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi dan sering mengikuti ajang perlombaan. Difa tak hanya dikenal sebagai debater nasional, tetapi juga debater internasional. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasantri Nabawwi di Darussunnah.

Saat ditanya apa saja trik khusus sehingga menjadi wisudawan terbaik fakultas, mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan ini menjelaskan bahwa caranya adalah dengan belajar sungguh-sungguh ketika di kelas. Sehingga ketika keluar dari kelas, kita membawa bekal ilmu baru yang diterima saat pembelajaran di kelas. Ia menambahkan untuk rajin memuraja’ah pelajaran. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa sebelum ujian, dia dan teman-temannya sering melaksanakan belajar bersama. Dari sinilah ia bisa belajar dan juga mengajarkan teman-temannya.

Ketika diminta tentang motivasinya selama kuliah, mahasiswa yang sudah ditinggal ayahnya sejak kelas 3 Kulliatul Muallimin Al-Islamiyyah (KMI) Darussalam Gontor ini menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu Lillahi Ta’ala dan yang terpenting adalah orang tua. Ia menambahkan, “Bahagiakanlah orang tua selagi masih ada, berikanlah hal yang paling terbaik yang bisa kita berikan sebelum berpisah dengan kedua orang tua kita.”

Difa menuturkan bahwa setelah lulus bangku S1 FDI ini ia berencana untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Al-Azhar, Cairo. Ia menegaskan bahwa studinya ini harus dengan beasiswa untuk meringankan orang tua.

Di akhir sesi wawancara, ia juga menitipkan pesan bagi mahasiswa FDI, “Bersungguh-sungguh, jangan main-main dalam belajar. Kerahkan segenap kemapuanmu untuk mendapatkan yang terbaik”, pungkasnya. (Tim Jurnalis FDI: Zulkifli Harahap).