FDI Gelar Review Kurikulum Prodi Dirasat Islamiyah: Soroti Relevansi Zaman, Moralitas Mahasiswa, dan Kesiapan Lulusan
FDI Gelar Review Kurikulum Prodi Dirasat Islamiyah: Soroti Relevansi Zaman, Moralitas Mahasiswa, dan Kesiapan Lulusan

Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar kegiatan review kurikulum untuk Program Studi S1 Dirasat Islamiyah secara daring pada Senin (19/5/2025). Kegiatan ini menghadirkan Dr. Abdurrahman Sakka, Lc., M.Pd.I, dosen sekaligus Sekprodi Program Doktor Dirasat Islamiyah UIN Alauddin Makassar, sebagai reviewer eksternal.

Dalam paparannya, Dr. Abdurrahman menekankan pentingnya penyusunan kurikulum yang adaptif terhadap tantangan zaman dan masa depan. Beliau juga mengingatkan agar visi, misi, serta strategi prodi diperjelas, dan capaian pembelajaran lulusan (CPL) disesuaikan dengan regulasi Permendikbud No. 23 Tahun 2020.

Isu moralitas mahasiswa menjadi topik penting dalam diskusi. Dr. Usman Syihab, M.A, menyoroti pentingnya penguatan karakter agar mahasiswa jujur dalam ujian. “Jangan sampai kita hanya menyampaikan ilmu tapi tidak memperhatikan hal-hal yang terkait moral dan akhlak,” ujarnya. Hal ini diamini oleh narasumber yang menyarankan adanya mata kuliah atau metode pembelajaran yang lebih menekankan pengamalan nilai-nilai tasawuf dan akhlak, seperti Problem Based Learning (PBL) dan penilaian sikap yang lebih ketat.

Sejumlah dosen turut serta memberikan masukan mengenai penggabungan mata kuliah, seperti mata kuliah Tarikh Daulah yang disarankan mengikuti model Al-Azhar dengan nama Tarikh Islam wa Hadharatihi. Juga muncul wacana penggabungan matkul adab agar kurikulum dapat disederhanakan menjadi 144 SKS. Penghitungan SKS juga menjadi perhatian, dengan penyesuaian model European Credit Transfer System (ECTS) yang menghitung satu SKS setara 170 menit per minggu. Selain itu, perlunya pembahasan mengenai Rencana Tugas Mahasiswa (RTM) dalam RPS.

Selain itu, jumlah kelas bagi dosen juga perlu menjadi perhatian. Diharapkan tidak ada dosen mengajar sehari sebanyak 3 kelas, dan pengaruhnya akan terasa bagi dosen dan mahasiswa di kelas jam terakhir. Khususnya bagi para dosen senior.

Dalam kesempatan yang sama, mahasiswa yang hadir mengaku merasa kurang memahami profil lulusan dari Fakultas Dirasat Islamiyah yang dinilai penting untuk membangun arah dan motivasi akademik. Mereka juga meminta agar hafalan Al-Quran dikurangi menjadi 4 juz dengan tambahan hafalan hadis Arbain.

Hal ini ditanggapi oleh narasumber bahwa menjaga idealisme Al-Quran 8 juz merupakan hal yang sangat penting. Tapi sisi lain yg harus diperhatikan yaitu lulus tepat waktu. “Terkait penilaian akreditasi 30% lulus tepat waktu dan harus dipertimbangkan apakah mahasiswa bisa menyelesaikan semua dan lulus tepat waktu. Prodi harus dapat mengawal agar semua berjalan,”jelasnya.

Perwakilan stakeholder, Zaky Mumtaz Ali dari STIU Darul Qur’an, menyampaikan perlunya pembekalan lulusan dengan keterampilan digitalisasi seperti penggunaan tools AI, leadership, dan critical thinking. Beliau juga mendorong peningkatan kerja sama dengan pesantren dan sekolah untuk memperluas peluang kerja alumni. Kegiatan ditutup dengan pernyataan bahwa tugas prodi bukan hanya menghasilkan lulusan dengan kompetensi, namun juga dengan karakter dan literasi yang kuat. “Prodi adalah ujung tombak untuk masa depan alumni kita,” ujar narasumber dalam penutupnya.