Firda Windi Berbagi Kisah Inspiratif Hingga Menorehkan Juara
Firda Windi Berbagi Kisah Inspiratif Hingga Menorehkan Juara
Firda Windi, mahasiswi Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, menoreh Juara 3 Lomba Kisah Inspiratif oleh Departemen Pengembangan dan Penelitian Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formabi) Kartu Indonesia Pintar (KIP) UIN Jakarta. Windi meraih prestasi tersebut atas kisah inspiratifnya dengan judul “Sajadah Menjadi Saksi Ikrar Terucap”. Perlombaan tersebut diselenggarakan pada 25 April sampai 18 Oktober 2021 secara daring dan dikhususkan untuk mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi. Penerima beasiswa bidikmisi ini, mengisahkan perjuangannya dalam malanjutkan studi ke pesantren hingga kini sebagai mahasiswa. Kisahnya ia sajikan untuk mengenalkan kepada orang-orang bahwa alumni pondok pesantren juga mampu berprestasi dan melanjutkan studi di Universitas Negeri seperti alumni dari sekolah umum. Walau hanya menulis dalam waktu satu malam, ia berhasil mewujudkan keyakinannya bahwa apa yang telah diusahakan pasti akan membuahkan hasil. Windi menuturkan bahwa dirinya tak mengharapkan kemenangan apapun atas lomba tersebut. Ia bahkan sempat mengira bahwa kegiatan yang ia ikuti itu bukanlah perlombaan. Melainkan, hanya ruang berbagi kisah inspiratif untuk kemudian dibukukan untuk kisah-kisah yang terpilih. Penulis buku berjudul Mari Bercerita ini, kerap kali terjun di berbagai lomba dan kegiatan kepenulisan sejak usianya di Sekolah Menengah Pertama. Sebelumnya, Windi telah mendapatkan kemenangan juara 3 pada lomba cipta puisi. Ia juga berhasil mendapatkan predikat mahasiswa berprestasi produktif oleh Indonesia Berpuisi. Di balik keberhasilannya, Windi yang merupakan mahasiswa asal Dharmasraya, Padang, sering kali tidak membawa pulang kemenangan pada perlombaan yang ia ikuti. Meski demikian, ia terus mencoba. Karena baginya, kemenangan bukanlah yang utama. Ketika ditanya apa motivasi untuk terus menulis, Windi mengungkapkan bahwa motivasi pertama karena menulis adalah salah satu cara melampiaskan perasaan secara elegan. Kedua, tulisan telah membuatnya jatuh cinta. Bila orang lain tak dapat mendengarkan, ia dapat meluapkan isi hatinya pada tulisan. Dan yang ketiga, orang lain bisa mengingat diri kita pada karya yang kita miliki. ”Banyaklah membaca dan mendengarkan keluhan-keluhan orang. Karena cerita itu akan menarik bila mengangkat banyak permasalahan di dalamnya. Tidak ada kata instan dalam hidup tetapi semua hanya perlu pembiasaan saja. Jangan terlalu menuntut kesempurnaan. Kita tidak perlu menjadi orang lain dan memaksakan diri. Inilah tulisanku. Jadikan diri kita sebagai pemain utama dalam cerita kita. Membiasakan sesuatu yang kita sukai. Usaha dan yakin! Apa yang telah kita lakukan pasti akan menoreh hasil. Dan jangan pernah terlalu berharap kepada manusia. Kita gantungkan pada Allah saja. Usaha dan doa yang terpenting,” pesan Windi di akhir wawancara. (Tim Jurnalis: Raihanizza Ishma Farahiya).