Kelahiran Klub Debat Fakultas Dirasat Islamiyah Al-Abqary: Antara Impian dan Harapan
Jumat, 14 Oktober 2016 adalah hari bersejarah bagi perjalanan debat Bahasa Arab mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hari itu pukul 15.30 WIB berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dipimpin oeh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, alumni dan Kerjasama FDI Dr. Cahya Buana, MA dan dihadiri oleh sejumlah mahasiswa pencinta debat di antaranya In’amuzzahidin, Kenang Nurullah, Kholilah, Indra, Imron, Nessen, Mufid, Syadiah, Sahar, Urwah, Luthfi dan Syairozi sebagai coordinator debat sekaligus koordinator Pengkaderan dan Lomba Dewan Mahasiswa (DEMA) FDI.
Hasil pertemuan tersebut menghasilkan keputusan bersama yaitu:
- Sepakat mendirikan Klub Debat dengan nama “AL-‘ABQARYâ€
- Menunjuk saudari Khalilatul Azizah sebagai Co Manager mendampingi Sairoji
- Menetapkan waktu latihan setiap hari Jum’at jam 13.30 (tempat fleksibel)
- Memberikan sanksi disiplin bagi peserta yang tidak konsisten dalam pelatihan
- Membuat famplet, banner atau media iklan lainnya sebagai bukti eksistensi klub ini.
Kesepakatan untuk melaksanakan latihan perdana pada hari Jumat, 21 Oktober 2016 terlaksana dengan sukses. Tema pertama latihan yaitu التعديل الوزاري ضروري من أجل تيسر Ø£Ùضل لعجلة الØكومة (Reshuffle kabinet sangat diperlukan untuk menjalankan roda pemerintahan yang lebih baik). Tema ini diusulkan oleh coach senior In’amuzzahidin. Latihan dibagi ke dalam 2 sesi.
Latihan ini termasuk sejarah penting al-Abqary karena menunjukkan komitmen anggota klub debat atas kesepakatan Jumat sebelumnya. Latihan perdana ini disaksikan langsung oleh Dr. Cahya Buana Wadek 3 dan Dr. Ahmadi Usman Wadek 1 sekaligus pembimbing Debat FDI.
Dalam komentarnya Wadek menyatakan bahwa ada banyak harapan dari terbentuknya al-Abqary ini. Nama ini diharapkan memberikan semangat baru kepada para debator FDI agar serius dan komit untuk berlatih debat bukan hanya di saat menjelang lomba melainkan menjadi tradisi rutin dan terjadwal. Persaingan debat Bahasa Arab berkembang pesat di Indonesia dan jika Debator-debator FDI tidak serius untuk berlatih secara rutin maka lambat laun citra FDI sebagai debator unggul di setiap perlombaan akan tergusur oleh Perguruan tinggi lain atau bahkan dalam internal UIN sendiri.
Pesan Wadek 3 untuk AL-‘ABQARY: “Juara tanpa proses bukanlah sebuah kemenangan namun hanyalah kebetulan, namun juara yang sesungguhnya adalah proses menuju menuju kemenangan yaitu berlatih..berlatih..berlatih..†(CB)