KEMANA SETELAH WISUDA S-1?
KEMANA SETELAH WISUDA S-1?

Nasihat Ustad Dr. H. Usman Syihab, MA. : Pastikan Lulus Cepat, kemudian Lanjutkan Kuliah S2!

Menjelang kelulusan, banyak mahasiswa yang masih gamang? Kemana setelah "S-1" ini? Sepertinya demikian juga yang dialami oleh sebagian mahasiswa Dirasat Islamiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk mengatasi kebimbangan itu penulis telah mewawancarai seorang dosen yaitu Dr. H. Usman Syihab, MA. pada kamis, 14 Desember 2023. Berikut ringkasan nasihat beliau.

Kita memang tidak tahu cita-cita masing-masing itu, apa? Semua cita-cita bagus. Yang penting, kita harus berusaha untuk melanjutkan studi lagi. Zaman sekarang, sudah terlalu banyak orang lulusan sarjana S-1. Untuk itu, kawan-kawan yang kuliah di FDI yang  juga "masih" S-1 ini, "wajib" untuk lanjut studi ke S-2.

Kalau bisa, begitu wisuda langsung saja berlanjut kuliah S-2. Namun, jika dalam kondisi tertentu harus bekerja ya bekerja dulu, gapapa, sih. Akan tetapi tetap sempatkan, kapapun – dimanapun, ke depan mesti bisa melanjutkan kuliah S-2. Bagi yang sudah mapan berkarir dengan pendidikan terakhirnya S-1, seyogyanya jangan mempersepsikan bahwa kuliah ke S-2 tidak penting. Tetap usahakan untuk selalu bercita-cita bisa meneruskan ke jenjang studi yang lebih tinggi, yakni S-2 bersyukur dapat berlanjut ke S-3. 

Perlu diingat bahwa perkuliahan kita di fakultas Dirasat Islamiyah ini, sejatinya keilmuannya masih " bernuansa" sebagai tahapan kelanjutan dari pendidikan pesantren kita dulu. Namanya Dirasat Islamiyah itu, semuanya  kajian-perkuliahannya membedah "sebatas dan mencakup" tentang pokok-pokok Keislaman. Makanya, di satu sisi, itu bagus dengan pokok-pokok studi keislaman sudah dipahami. Ilmu tafsirnya, hadisnya, fiqhnya, dan sebagainya. Apabila dengan taraf dan ragam keilmuan tersebut, kita menjadi ustadz/ustadzah atau mubaligh/penceramah atau jadi guru, atau menjadi pelayan masyarakat di bidang keagamaan itu sudah cukup memadai dengan ilmu-ilmu dasar tersebut.

Akan tetapi kalau nanti kita dapat melanjutkan perkuliahan ke S-2, akan semakin tajam pembelajaran kita. Kita dituntut mulai fokus pada salah satu pilihan, misalnya pada studi tafsir yaitu dalam bentuk tafsir yang mana?  Kalau memilih disiplin ilmu  hadis, maka mau hadis yang mana? Kalau memilih disiplin ilmu ushuludin atau aqidah, maka mengkaji di bidang apanya. Dalam aqidah itu, ilmu itu penting.

Pada sisi lain, misalnya dunia karir. Yakni yang akan diambil itu misalnya sebagai akademisi. Untuk ranah akademisi ini misalnya cita-cita menjadi dosen atau peneliti. Maka dalam hal ini tidak ada alasan lagi, lulusan S-1 Dirasyat Islamiah, untuk tidak melanjutkan kuliah S-2. Karir untuk menjadi dosen dan peneliti itu memerlukan keilmuan yang betul-betul tidak hanya generic pada S1, tapi sudah pada peningkatan dan pengkhususan penguasaan disiplin ilmu yabg lebih tinggi. Seorang dosen atau seorang peneliti perlu memiliki kapasitas keilmuan yang lebih mendalam pada bidang tertentu (disiplin ilmu tertentu) yang harus "diampunya itu"  dan itu bisa ditempuh pada pendidikan S-2 kemudian S-3.

Persyaratan menjadi dosen itu harus memiliki ijazah S-3 (pascasarjana) karena sudah diakui memiliki bidang keilmuan mendalam pada bidang terkait yang ia tekuni. Jadi, kalau pendidikan kita cukup sampai sarjana S-1 saja, misalnya di fakultas Dirasat ini, maka hanya didesain untuk menyiapkan lulusan yang menguasai ilmu pada level tertentu, pada suatu bidang tertentu saja. Kita telah menguasai dan mengampu tentang keilmuan Islam di peringkat masyarakat tertentu sudah cukup. Selanjutnya tinggal secara otodidak (terus mengembangkan diri) mendalami sendiri untuk bidang-bidang yang dibutuhkannya. Karena masyarakat tidak bertanya kamu jurusan apa? Yang penting bagaimana anda bisa menjawab tentang hadist ini? Atau ada tafsir ini, atau aqidah tentang ini? Nah itu kita orang fakultas Dirasat Islamiyah yang bisa menerangkan dengan kapasitas ilmu yang ada yang sudah pernah kita pelajari.

Untuk akademisi, misalnya menjadi dosen ataupun peneliti, diperlukan kompetensi untuk bisa menguasai bidang ilmu tertentu, dan itu  bisa didapatkan pada jenjang S2 maupun S3. Terutama bagi mereka yang memilih karir sebagai akademisi, ayo bersiaplah untuk menempuh pendidikan minimal S-2.

Tapi sebaliknya apabila dengan bekal sarjana S-1 saja dan dia punya karir pada bidang lain di masyarakat, tetapi sudah cukup layak, ya lanjutkan pada karir itu. Ilmu keagamaan yang kita terima sudah cukup kemudian untuk menjadi modal kita hidup sebagai orang yang beragama dan sholeh daripada saat yang lain kita menjalani kehidupan dengan bidang yang lain, yang itu menjadi bidang-bidang pengkhususan yang sifatnya adalah sebagai modal untuk hidup. Mau menjadi kerja dibidang IT, di bidang administrasi perkantoran yang itu semuanya tidak ada hubungannya dengan Dirasat Islamiyah. Tapi pelajaran di bidang Studi Dirasat Islamiyah cukup membekali kita hidup di bidang-bidang itu, kita mampu menjadi orang yang shaleh. Potensi yang sudah kita miliki itu tetap harus memperdalam kompetensi yang baru yang tidak sejalan dengan yang kita pelajari tetap memperkaya dan belajar dari siapapun atau kursus-kursus darimanapun untuk menggunakan keterampilan yang lain yang baru. Dimanaj ia menjadi modal dari hidup.

Semoga menginspirasi.

 

Oleh: Raihanizza Ishma Farahiya