Konsisten Latihan, Abqary Selalu Raih Juara dalam Ajang Lomba
Konsisten Latihan, Abqary Selalu Raih Juara dalam Ajang Lomba
Tim Abqary Fakultas Dirasat Islamiyah kembali meraih prestasi yang mengharumkan dalam ajang lomba debat bahasa Arab dalam rangka Kemah Bahasa Arab Ittihadu Tholabah Al-Lughoh Al-Arobiyah (ITHLA), yang diadakan pada Minggu, (21/11/2021). Diwakili oleh tim Abqary FDI yaitu, Komaruddin, Teguh Satria P, dan Rizka Venusia B. Ini bukan pertama kalinya Abqary meraih juara pertama dalam ajang lomba. Kemenangan sudah menjadi santapan bagi mereka. Ungkap rahasia di balik seluruh pencapain, ternyata konsisten latihan menjadi kunci pencapain prestasi-prestasi mereka. “Kami sangat perlu konsisten dalam latihan, karena dengan berlatih kita bisa memperbaiki diri lebih baik lagi, lebih joss lagi, sebagaimana pisau yang tumpul ketika terus menerus diasah maka dia akan menjadi tajam setajam silet. Terus ya, kita pengen Abqary tetap mempertahankan laqob atau gelar sebagai tim yang ditakuti oleh para lawan. Karena dari dulu, Abqari emang ditakuti baik dikancah nasional maupun internasional. Cara supaya tetap disegani lawan ya kita terus meningkatkan diri dengan berlatih.” Terang Komaruddin, salah satu peserta debat yang kerap meraih juara debat bahasa Arab. Mahasiswa semester 3 ini mengatakan, hal yang paling dia senangi ketika latihan adalah bisa teriak-teriak, marah-marah pakai bahasa Arab. “Soalnya ketika debat suka terbawa suasana emosi, akhirnya dari situ tiba-tiba bisa lancar bahasanya. Jadi latihan debat itu jadi stimulus buat meningkatkan salah satu maharah bahasa Arab yakni kalam,” katanya. Selain perbendaharaan kosa kata yang mumpuni dan kafa’ah, “tentunya harus banyak baca isu-isu terkini, terhangat, tertajam, terpercaya, tercetar membahana,” ungkap Komaruddin. “Kendala dalam pelatihan dan lomba debat bahasa Arab tidak akan didapati jika selalu konsisten dan mau berproses untuk menjadi lebih baik,” ujarnya. Tantangan yang mereka hadapi dalam lomba debat tidaklah mudah. Karena mosi dalam debat itu diberikan dadakan. Komaruddin menegaskan, “Ada yang 30 menit sebelum lomba dimulai, bahkan ada yang 15 menit,” jadi case buildingnya benar-benar harus gerak cepat. Namun, bagi Komaruddin lomba yang dadakan ini malah lebih asyik dan enjoy karena bisa jadi tolak ukur sendiri bagi dirinya dalam kemampuan berbahasa. Komaruddin juga sempat menjelaskan bahwa, tema yang mereka sukai dalam lomba debat adalah mosi yang debatable (mosi yang tidak berat sebelah). Agar tidak memudahkan bagi satu pihak, namun berat bagi pihak lain. Bagi Komaruddin sendiri, Abqary menjadi wadah pertama yang melatih dirinya untuk menjadi seorang debater Arab. Karena dia mengaku, dia bukanlah mahasiswa yang berasal dari pondok pesantren. Jadi, keahlian berbahasa ini dilatihnya sejak masuk ke FDI dan Abqary. Sempat mengalami tidak percaya diri, namun tekad dan nekatnya yang tinggi akhirnya berhasil membuatnya seorang yang unggul dalam debat bahasa Arab. “Prestasi-prestasi yang telah kami raih di Abqary, semoga tidak akan pernah berhenti sampai seterusnya. Sehingga nama Abqary akan tetap selalu harum,” ujarnya mewakili teman-teman yang lain. (Tim jurnalis FDI: Nurfadilah Lubis).