Pelatihan Penulisan Jurnal: Menulislah, Walau Hanya Satu Paragraf
Departemen Penelitian dan Pengembangan (Dept. Litbang) DEMA Fakultas Dirasat Islamiyah sukses menggelar Pelatihan Penulisan Jurnal pada Sabtu siang (18/7). Topik yang diangkat yaitu “Teknik Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah dari Skripsi dan Teknik Penulisan Referensi Artikel Jurnal Ilmiah”. Pelatihan ini mengundang dua narasumber yang tidak asing lagi di mata mahasiswa FDI yakni Dr. Cahya Buana, M.A. dan Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., selaku Pimpinan Redaksi Jurnal Az-Zahra. Namun menurut keterangan moderator, Ahmad Faiq, Dr. Fatihunnada dikabarkan sakit sehingga tidak dapat menghadiri pelatihan ini. Meski demikian, pelatihan tetap berlangsung, bahkan kehadiran peserta mencapai 74 orang dilihat dari anggota ruangan zoom meeting.
Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Nur Alam Syah, mahasiswa semester 3 menjadi pembukaan dalam acara ini. Dilanjutkan dengan sambutan Ketua DEMA FDI, Wildan Rahmat. Kemudian, Dekan FDI, Dr. Mohammad Syairozi Dimyathi Ilyas, M.A, yang turut memberikan dorongan semangat juga nasihat untuk civitas akademika FDI. “Tidak ada fungsi pena kecuali untuk menulis, dalam surat Al-Qolam, Allah SWT sampai bersumpah Nuun wal qolami wa maa yasthuruun, ini menunjukkan pentingnya menulis. Yang sering ditinggalkan di antara salah satu dari empat kemampuan berbahasa adalah menulis. Di Indonesia, banyak sekali ulama yang memiliki keilmuan mendalam, tapi karena kemampuan menulisnya lemah, tidak banyak yang sampai dikenal dunia internasional.” Lalu beliau juga menambahkan, “Sekarang tugas mahasiswa bukan sekadar belajar, terutama dosennya, tidak hanya sekadar mengajar, tapi harus juga menghasilkan karya dengan menulis jurnal,” tuturnya.
Cahya Buana sebagai satu-satunya narasumber pada pelatihan ini menyampaikan presentasi dengan judul “Mengubah Skripsi Menjadi Artikel Jurnal”. Pada presentasinya, Cahya Buana memberi tips demi tips dalam penulisan artikel jurnal dari skripsi, “Tiga komponen dalam menulis artikel dari skripsi tentunya skripsi itu sendiri, artikel dan jurnal. Ketiganya saling berkaitan. Maka dari itu harus selektif dalam memilih skripsi yang akan dijadikan artikel jurnal.” Menurutnya, skripsi yang layak menjadi artikel adalah sebagai berikut; Topik menarik/up to date/baru, latar belakang yang menyatakan penelitian ini penting, rumusan masalah jelas, metode dan teori yang digunakan sesuai, pembahasan sesuai aplikasi teori, dan hasil kajian sesuai jawaban atas rumusan masalah. Sedangkan ciri-ciri skripsi yang bermasalah di antaranya skripsi yang banyak copy-paste, rujukan web/blog yang kurang jelas, lebih banyak teori atau biografi dibandingkan hasil pembahasan dan bahasa yang kacau.
Selanjutnya, Cahya Buana menjelaskan bagaimana cara mapping atau merencanakan penulisan jurnal. “Pertama, cari jurnal yang sesuai dengan tema skripsi. Jurnal bisa dicari di repository internal fakultas atau lintas fakultas atau lintas universitas, misalnya mencari jurnal hukum keluarga maka cari di fakultas syariah. Kedua, perhatikan template jurnal, ini berkaitan dengan gaya selingkung atau bagaimana template tulisan yang sudah terlebih dulu dimuat. Ketiga, pilih salah satu jurnal yang cocok, fokus pada satu jurnal, jika ditolak baru beralih.”
Terakhir, layar presentasi menampilkan rukun artikel atau struktur yang harus ada dalam artikel. Tidak jauh seperti skripsi, di antara struktur yang harus ada pada jurnal seperti judul, abstrak (tujuan, metode, hasil), mukadimah, pembahasan, penutup/kesimpulan, dan referensi. Cahya Buana menutup penjelasan materinya dengan sebuah kesimpulan. “Proses mengubah skripsi menjadi artikel jurnal pada hakikatnya adalah memeras tulisan panjang menjadi lebih pendek dengan cara mengambil intisari dari setiap pembahasannya,” tuturnya.
Pada sesi pertanyaan, ada banyak pertanyaan yang muncul, di antaranya terkait menumbuhkan semangat menulis. Menurut beliau, kunci utama semangat menulis adalah komitmen. Kemudian harus mampu berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang menarik, memperbanyak pengayaan metodologi, serta menghindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi, seperti hp. “Saya aja buka youtube hanya yang berkaitan dengan penelitian,” lanjutnya. Selain itu, beliau menambahkan bahwa penulis pemula harus pandai meluangkan waktu untuk menulis, walau hanya sekedar judul. “Saya juga sering menulis judul dalam dokumen kosong, hanya judulnya saja. Sehingga bila ingin menulis, tidak bingung lagi mengenai ide. Dan yang terakhir, mulai dulu aja menulis, lalu istiqomah meskipun hanya dalam satu paragraf.” (Tim Jurnalis FDI: Renada Zulfa).