Pencegahan Stunting Melalui Lomba Pembuatan Video Edukasi
Pencegahan Stunting Melalui Lomba Pembuatan Video Edukasi
Memperingati Hari Anak Sedunia, masyarakat perlu menggalakkan gerakan mencintai anak. Mencintai anak berarti memenuhi hak-hak anak. Salah satu hak anak adalah hak untuk tumbuh dan berkembang. Hal yang paling kritis dan urgent dalam masa pertumbuhan anak adalah masa seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK ). Masa 1000 HPK diawali sejak waktu konsepsi sampai bayi berusia 2 tahun. Pada masa ini kebutuhan gizi dan zat makanan mesti dipenuhi secara maksimal. Apabila terjadi kekurangan gizi, maka pertumbuhan janin akan mengalami gangguan berat, misalnya ukuran bayi menjadi pendek (stunting), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), kurus, kecil, dan imunitas berkurang. Akibat lainnya adalah anak akan mengalami obesitas, diabetes, penyakit jantung, stroke dan penyakit degeneratif lainnya. Pada aspek kognitif, gangguannya berupa IQ (Intelligence Quotient) rendah. Perkembangan volume otak 70 sampai 80 persen memang terjadi pada seribu hari pertama kehidupan. Menyadari betapa pentingnya periode seribu hari pertama kehidupan, kita harus mengkampanyekan besar-besaran tema ini. Untuk itu pemerintah dan masyarakat menempuh berbagai metode dan strategi, salah satunya adalah lomba pembuatan video berkonten edukasi memenuhi nutrisi anak pada seribu hari pertama kelahiran anak. Seperti yang dilakukan oleh HMPS Kebidanan Universitas Faletehan Serang, Banten. Pada kesempatan ini tim jurnalis berhasil mewawancarai Lisda Vebi Angelia, seorang mahasiswi Fakultas Dirasat Islamiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berhasil menjadi juara 2 dalam lomba pembuatan video edukasi yang diselenggarakan HMPS Universitas Faletehan tersebut. Lomba itu bertemakan “Melalui Kompetisi, Gali Potensi, Ukir Prestasi”. Tujuan lomba tersebut tidak lain yaitu sebagai pencegahan stunting dalam komplementer. “Lebih senang bisa melihat kakak saya bangga dengan kemenangan saya ini” ujar Lisda ketika diwawancarai oleh tim media. Ia merasa lebih senang sebab Lisda mengikuti lomba tersebut dengan dibiayai oleh kakaknya. Proses mengikuti lomba tersebut dilaluinya dengan suka dan duka. Di tengah kesibukan Lisda kuliah dan bekerja, ia menyempatkan waktu untuk membuat video edukasinya. “Saya buat video ini 2 jam menuju deadline. Selain itu, saya sudah merekam materi tetapi tidak bisa dieksport ke video. Ada kendala pula setelah meng-upload, video saya tidak muncul di akun HMPS. Akan tertapi, dengan konfirmasi dan mengirimkan video melalu Whatsapp panitia, akhirnya video saya tetap diterima,” ungkapnya kepada tim media. Dalam video yang diusungnya, ia membahas  mengenai edukasi memenuhi nutrisi anak pada 1000 hari pertama kelahiran anak, pemenuhan ASI eksklusif selama dua tahun, pencegahan stunting dengan daun kelor atau katuk dan berfokus pada bagaimana seorang ibu menghasilkan ASI yang berkualitas. Atas prestasi yang baru ia raih ini, Lisda berharap kedepannya ia dapat lulus tepat waktu, ikut lomba-lomba lagi dan ingin mengembangkan skill dalam bidang jurnalis. Lisda berpesan kepada para peraih mimpi yang sedang berjuang seperti dirinya “Disyukuri jika sudah punya tujuan. Silahkan dibuat target-target kecil dan kembangkan diri kita yang lain. Perlu disyukuri karena ngga semua orang punya mimpi. Bagi yang punya mimpi itulah tujuan kamu. Buatlah rencana-rencana untuk mencapai mimpi itu.” Tutupnya pada akhir sesi wawancara. (Tim Jurnalis FDI: Raihanizza Ishma Farahiya, Editor: Beliday Maissy).