Seminar Moderasi Beragama di FDI UIN Jakarta: Kemana Arahnya?
Seminar Internasional bertajuk Dialog Moderasi Beragama Dalam Bahasa Al-Qur’an telah berlangsung di aula Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), pada Jumat, 27 Mei 2022 lalu. Seminar yang menghadirkan empat narasumber, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA, Dr. Ali Ibrohim, Dr. Alfian Iqbal MA, dan Dr. Fathallah Muhammad Fathallah.
Dalam seminarnya, Ali Ibrahim, ketua utusan Al-Azhar Cairo di Indonesia menyampaikan bahwa moderasi beragama merupakan metode dakwah kenabian. “Wasathiyyah (moderasi) adalah ruh Islam, hal tersebut menjadi segala prinsip kebaikan dalam kehidupan termasuk prinsip peradaban, kemudahan, keamanan, politik dan sosial (Mabda’ Al- Ta’ayusy). Bahkan ini menjadi metode dakwah kenabian yang sangat komprehensif dalam Al- Qur’an yang tidak akan pernah berubah sampai kapan pun,” tuturnya.
Membahas wasathiyyah, kita harus selalu berpijak pada definisi kata wasathiyyah, yang berarti pertengahan. Demikian inti paparan Dr. Alfian Iqbal, M.A., selaku pembicara kedua.
Di Indonesia, dakwah Islam dengan metode moderasi beragama telah dirintis oleh wali sanga. Hal ini sangat diapresiasi oleh Dr. Fathallah Muhammad Fathallah, utusan Al-Azhar, Cairo di Indonesia.
“Saya sebagai orang Mesir sangat mengapresiasi atas dakwahnya 9 wali tersebut yang menjadi teladan bagi mereka penyebar dakwah moderasi di Indonesia,” ungkap Fathallah.
Membahas wasathiyyah, Al-Qur’an telah membahasnya pada beberapa surat, di antaranya Surat Al-Isro’ dan Al-Baqarah. “Lihat firman Allah dalam Al-Qur’an, misalnya pada ayat 110 surat Al- Isro’ dan pada ayat 68 surat Al-Baqarah semua menjadi model tawassuth sebagai tujuan keberagaman dalam Al-Qur’an,” tambah Ali Ibrahim.
Sebelum para narasumber menyampaikan pemaparan, Rektor UIN juga memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Dr. Amany Lubis, mengajak peserta seminar untuk menyebarkan dakwah Islam secara sangat lembut sebagaimana dicontohkan nabi.
“Mari kita perdalam kembali pemahaman kita terhadap agama Islam yang menyebarkan dakwah Islam sangat lembut bahwa nabi telah mencontohkannya sendiri,” ujar Dr. Amany Lubis, Rektor UIN Jakarta.
Rektor juga mengharap perlunya menjadikan sebagai kasafah hayyah (budaya yang hidup) beberapa poin yang telah dibahas dalam Risalah Bogor. Risalah Bogor yang dimaksud telah diselenggarakan tahun 2018 di Kota Bogor atas kerja sama Grand Syaikh Al-Thoyyib, meliputi al-Tawasshut (menengahi), al-I’tidzal, al-Tasamuh (toleransi), Asy-Syura (musyawarah), al–Ishlah (perbaikan), al-Qudwah (teladan), al- Muwathonah (kebangsaan). (Tim Jurnalis FDI: Raihanizza Ishma Farahiya, Tim Editor: Lisda Vebi Angelina).