Teguh Satria: Singa Podium dari FDI
Teguh Satria Pendowo, mahasiswa semester 5 Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) menjadi salah satu pembicara dalam tim debat Abqary sebagai perwakilan FDI dalam lomba Semarak Tiga Bahasa yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al-Amien, Prenduan, September lalu. Dalam perlombaan tersebut, Teguh mendapat penghargaan sebagai 1st The Best Speaker Arabic Debate. “Perasaan saya senang dan sangat bersyukur berkesempatan menjadi The Best Speaker karena sebagian besar pesertanya merupakan pendebat internasional yang sudah pernah mengikuti kejuaraan debat internasional di Turkey. Beberapa dari mereka pun merupakan The Best Speaker di banyak perlombaan Nasional maupun Asean. Jadi saya sangat bersyukur nama saya disejajarkan dengan mereka bahkan di peringkat pertama, Alhamdulillah.” Ucapnya saat diwawancarai tim jurnalis FDI selasa lalu. Untuk mendapat penghargaan ini, tentu saja ada beberapa kriteria penting dalam penilaian para juri, di antaranya adalah aspek bahasa, cara penyampaian, kekuatan argumentasi, dan seberapa besar kemampuan kita dalam mempengaruhi dan menarik perhatian juri. Seperti yang sudah diketahui, ini bukan lomba debat pertama bagi mahasiswa asal Brebes ini. Dia mengaku sudah menggeluti dunia debat bahasa arab sejak tahun 2017, saat masih menjadi santri di sebuah Pesantren di Brebes. Selain debat bahasa arab, Teguh juga terjun di dunia public speaking lain, seperti pidato dan pembawa acara. “Kalau dunia khitobah menggelutinya sejak SD, tapi kalau mc dan moderator itu sejak 2018, karena di pesantren sering ditunjuk buat jadi mc atau moderator”, akunya pada jurnalis FDI. Untuk menjadi seperti sekarang ini, tentu saja tidak luput dari latihan yang tekun. Ia biasa berlatih dengan teman-teman yang mempunyai visi yang sama, jika di FDI ia berlatih bersama teman-teman dari tim Abqary. Selain itu, sejak SMA ia sering menonton vidio-vidio debat Arab Internasional di YouTube. Dengan motivasi menebarkan kemanfaatan bagi sekitar, karena menurutnya dengan public speaking yang baik akan mengambil peran penting dalam menyebarkan kemanfaatan secara maksimal. Role model Teguh sendiri dalam dunia debat adalah para debaters Internasional yang juga merupakan the best speaker dalam lomba-lomba International. Selain itu, Najwa Shihab, Kyai Cholil Nafis dan Gus Baha juga menjadi role model Teguh di bidang public speaking, menurutnya karena mereka sangat mahir dalam memberikan pemahaman terhadap pendengar dan juga bisa menyesuaikan kondisi dan konteks pembicaraan. Sebelum wawancara berakhir, Teguh memberi pesan kepada para pembaca, khususnya pembaca yang bergelut di bidang yang sama. “Teruslah semangat dan jangan mudah menyerah, jangan berhenti pada satu kompetisi yang kita belum berhasil meraih juara karena sang juara sejati adalah pembelajar yang baik dari setiap kondisi yang dihadapi. Saya teringat kata-kata Buya Hamka ‘Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua”, ucap nya. Maka ukirlah prestasi sebanyak mungkin sedari dini sebagai investasi dalam menebarkan kemanfaatan di atas muka bumi ini. (Penulis: Adzka Maziya, Editor: Zainudin Nur).